MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
KesehatanOlahraga
yang dibina oleh Bapak Dr. Sugiharto, M. S
Oleh
Arif Teguh Santoso
120621434445
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN
ILMU KEOLAHRAGAAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kesehatan olahraga adalah
sekumpulan Ilmu-ilmu yang membahas segala permasalahan kesehatan yang berkaitan
dengan olahraga. Olahraga di samping sebagai tujuan yaitu mencapai prestasi dalam
olahraga prestasi, hakikatnya adalah juga alat
untuk meningkatkan derajat kesehatan, yang berarti meningkatkan mutu
sumber daya manusia. Dengan demikian maka konsep dasar kesehatan olahraga adalah
pembinaan mutu sumber daya manusia
menuju sehat seutuhnya sesuai rumusan sehat Organissasi Kesehatan Dunia (WHO).
Untuk mencapai olahraga
selain Pengaturan latihan yang benar faktor lingkungan juga sangat penting.
Seperti yang diungkapkan Gallahue dan Ozmun (1998:204-205) menyatakan lingkungan
tempat tinggal seperti temperatur, iklim, ketinggian tempat tinggal, akan berdampak
terhadap perubahan fisiologis seseorang, lingkungan tempat tingggal akan berdampak
pada terjadinya adaptasi fisiologis seseorang (Gallahue dan Ozmun, 1998:204-205).
Adaptasi fisiologis merupakan perubahan sistem fisiologi yang terjadi di tubuhpada
saat seseorang berolahraga. Dengan mengetahui perubahan yang terjadi di tubuh,
seseorang dapat merancang suatu program olahraga untuk mendapatkan perubahan
optimal sesuai dengan yang diharapkan.
Semakin tinggi suatu daerah
dari permukaan air laut maka kadar oksigenya (O2) semakin sedikit. Dengan
adanya perbedaan tekanan parsial oksigen (PO2) yang terdapat di
dataran rendah dan dataran tinggi, akan berpengaruh juga pada jumlah hemoglobin
(Hb) dalam butir-butir sel darah merah. Dataran tinggi atau di daerah
pegunungan kadar oksigen dalam udara akan menurun. Agar tubuh tetap mendapat
jatah oksigen, maka alat angkutnya yang diperbanyak, yakni jumlah hemoglobin
(Hb) dalam sel darah merah akan bertambah. Pada daerah yang tinggi seperti di
pegunungan kadar oksigen dan tekanannya lebih kecil dibandingkan dengan daerah
pesisir atau dataran rendah. Karenanya perlu adaptasi fisiologis atau aklimatisasi
bagi orang yang tinggal di dataran tinggi atau di pegunungan, aklimatisasi ini
terjadi sejak seseorang lahir. Salah satu adaptasi fisiologis yang terjadi
yakni: kapasitas paru lebih besar dan kadar hemoglobin (Hb) darah menjadi
tinggi (Nala, 1992:184).
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud aklimatisasi latihan olahraga di
tempat bersuhu panas dan dingin?
2.
Bagaimanakah proses fisiologis latihan olahraga yang
baik saat berada di tempat panas dan dingin?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana aklimatisasi latihan
olahraga di tempat suhu panas dan dingin.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses fisiologis saat
berolahraga di tempat bersuhu panas dan dingin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Suhu
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas (Marie. B dan Hoehn dalam Mc
Callum, 2012 ). Jika tingkat panas yang dihasilkan setara dengan tingkat panas
yang hilang, suhu tubuh inti akan stabil.
1. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh Manusia
Mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan suhu internal disebut
thermoregulasi, mekanisme ini
sangat efektif dalam pengaturan suhu
tubuh dibawah kondisi normal, thermoregulasi bisa saja tidak dilaksanakan
tugasnya dengan baik ketika seseorang terpapar oleh suhu yang panas maupun
dingin, untungnya tubuh kita memiliki kemampuan beradaptasi pada stress yang
timbul akibat perbedaan suhu lingkungan.
Suhu tubuh yang konstan bergantung pada kemampuan seseorang untuk
menyeimbangkan antara produksi panas tubuh, akibat proses metabolisme dalam
tubuh dan suhu lingkungan, dengan jumlah panas yang dilepaskan. Fungsi dari sistem pengaturan suhu tubuh,
pada saat istirahat, aktivitas keseharian, maupun pada Saat latihan memiliki
komponen utama sebagai berikut:
a.
Pusat
pengaturan suhu (thermoregulatory center), terdapat di hypotalamus yang
berfungsi sebagai koordinator informasi yang masuk melalui sensor (afektor),
untuk kemudian memberikan reaksi lanjutan.
b.
Reseptor suhu (thermoreseptor) merupakan reseptor
sensoris, terbagi menjadi dua, reseptor pusat (Central reseptor) pada
hypothalamus dan reseptor tepi (peripheral reseptor) yang terdapat pada kulit.
sangat stimulus suhu panas dan dingin, dan memberikan input pada pusat
pengaturan suhu yang terletak di sistem syaraf pusat.
2.
Suhu Tubuh Normal Manusia
Rata – rata suhu tubuh manusia normal adalah
berkisar antara 36.5 sampai 37.5°C, pada pagi hari Bisa berkurang sarnpai 36°C, dan pada saat latihan suhu
tubuh dapat meningkat sampai mendekati40°C tanpa efek sakit karena perubahan
tersebut merupakan kondisi fisiologis yang normal. Suhu tubuh juga dapat meningkatkan adanya
perbedaan suhu lingkungan dan kelembaban udara yang relatif tinggi (Brukner dan
Purba,2006).
Suhu tubuh biasanya didefinisikan sebagai suhu dari
hipotalamus, pusat pengaturan suhu tubuh. Metode yang paling digunakan untuk mengaukur
suhu inti tubuh adalah secara oral, meskipun memiliki beberapa saat
berolahraga, peningkatan ventilasi paru akan menyebabkan terjadinya evaporasi,
yang kemudian menyebabkan penurunan suhu pada thermometer, sehingga
menghasilkan perhitungan yang tidak akurat. Metode lain yang sering digunakan
untuk pengukuran suhu inti tubuh pada saat melakukan penelitian, biasanya
dengan pengukuran pada rectai. Biasanya temperature rectal lebih tinggi 6°C dari pada suhu oral.
Pengukuran rectal sering dianggap lebih akurat,
tetapi juga masih memiliki kelemahan. Aktivitas yang berat pada suatu kelompok
otot lokal akan menghasilkan suhu yang lebih tinggi pada wilayah tersebut,
sehingga dan menyebabkan terjadi
penyimpangan pada saat pengukuran suhu
inti tubuh. Selain itu biasanya terjadi suhu yang berbeda
pada rectum, oleh karena itu untuk
menghasilkan pengukuran yang lebih akurat,
thermistor harus diletaka: dengan kedalaman 5-8 em pada rectum. Selain
suhu inti, biasanya juga sering dilakukan pengukuran Suhu kulit (skin temperature)
dipengaruhi oleh lingkungan, laju metabolisme, pakaian, dan tingkat hidrasi.
karenanya suhu kulit merujuk pada kemampuan kulit untuk melepaskan panas ke
lingkungan.
Mekanisme pengaturan suhu pada tubuh, dapat
dibedakan menjadi proses fisik dan proses kimiawi. Prinsip kerja pada
pengaturan fisik adalah dengan melakukan pengaturan tahanan pada aliran panas,
sedangkan mekanisme• kerja pengaturan secara kimiawi adalah dengan melakukan
pengaturan pada laju metabolisme tubuh. Suhu tu memiliki korelasi positif dalam proporsinya secara
langsung dengan jumlah panas yang disimpan. Ketika simpanan panas pada tubuh
meningkat, sepertipada saat seseorang mengalami
demam atau sedang berolahraga, maka tubuh akan meningkat. Sebaliknya
ketika simpanan panas tubuh menurun, seperti
pada kondisi hipothermi suhu
tubuh pun akan mengalami penurunan.
Suhu
rata-rata tubuh MBT (Mean Body Temperature) dapat diketahui
dengan melakukan pengukuran inti dan suhu kulit. Hal tersebut dilakukan
dengan cara mengukur suhu rectal, dan mengukur suhu kulit beberapa tempat di
tubuh, kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus MBT = (0,33 x suhu kulit) +
(0,67 x suhu rectal) (Roberg dan Robert, 2002).
Dalam keadaan normal suhu inti tubuh relatif stabil,
keadaan ini dapat dipertahankan karena panas terbentuk dari hasil metabolisme
tubuh secara terus menerus dikeluarkan pada lingkungan sekitar. Dengan demikian terdapat keseimbangan antara
pembentukkan dan pengeluaran panas, dan hal
inilah yang menyebabkan tubuh relatif
konstan.
Berbagai
faktor penting yang berperan dalam pembentukkan panas, antara lain
peningkatan ke metabolisme pada waktu aktivitas otot, efek hormon pada sel
meningkat, peningkatan hormon norepinefrin. Peningkatan suhu inti tubuh yang
disebabkan oleh faktor-faktor tesebut dieliminasi dengan pengeluaran panas
melaluik sebagian kecil melalui
pernafasan, fases, dan air kencing.
Sistem pengaturan suhu menggunakan tiga mekanisme
penting untuk menurunkan panas tubuh ketika terlalu tinggi :
a.
Vasodilatasi, pada hampir semua
area tubuh, pembuluh darah kulit berdilatasi dengan kuat disebabkan oleh
hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan vasoko
Vasodilatasi penuh akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit
sebanyak delapan kali lipat.
b.
Berkeringat, peningkatan
temperature tubuh 1°C menyebabkan keringat yang cukupbanyak untuk membuang
sepuluh kali lebih besar kecepatan
metabolisme basal dari pembentukan panas
tubuh.
c.
Penurunan pembentukan panas,
mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas berlebihan, seperti menggigil dan
thermogenesis dihambat dengan kuat.
Ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan suhu
melakukan prosedur yang sangat berlawanan mekanisme penurunan panas tubuh, yaitu:
a.
Vasokonstriksi kulit di seluruh
tubuh, hal ini disebabkan oleh rangsangan
pusat simpatis hipotalamus posterior.
b.
Piloereksi, "rambut berdiri
pada akarnya".
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat ke folikel
rambut berkontraksi yang menyebaban rambut berdiri tegak.
c.
Peningkatan pembentukan panas,
pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat dengan menggigil,
rangsangan simpatis pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.
B. Latihan Olahraga Terhadap Cuaca Panas
Pada awal masa pelatihan dalam lingkungan baru yang lebih panas, atlet
memperlihatkan suatu kemampuan untuk melakukan aktivitas latihannya dengan
durasi dan intensitas yang sama dibandingkan dengan ketika melakukan latihan
pada suatu lingkungan yang sejuk. Penurunan kemampuan membasahi kulit dan
gejala dan tanda-tanda lainnya yang disebabkan oleh tekanan panas biasanya juga
mendampingi peristiwa ini (Hubbard dan Amstrong, 1998).
Setelah beberapa hari melakukan latihan, toleransi atlet terhadap iklim
panas meningkat, terjadi ketika tubuh beradaptasi terhadap kombinasi tekanan
dari panas yang dihasilkan oleh metabolisme internal dan suhu lingkungan yang
tinggi. Kemapuan seseorang untuk beradatasi dan melakukan latihan pada suhu
lingkungan yang panas disebut sebagai aklimatisaasi tubuh terhadap panas,
tergantung pada seberapa besar perubahan suhu yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan dan respon biologis seseorang, proses aklimatisasi mungkin akan
terjadi selama beberapa hari sampai beberapa bulan, berbeda pada satu individu
dan individu lainnya Aklimasi panas mungkin menghasilkan respon yang sama
dengan aklimatisasi, namun aklimasi dicapai
dengan cara mengawasi dan mengatur suhu lingkungan.Beberapa jam latihan
di dalam suatu lingkungan panas menyebabkan dehidrasi dari kedua faktor, baik
kompartemen intrasellular dan extrasellular.
Didalam proses aklimatisasi seseorang kehilangan air melalui
berkeringat, mencapai tiga liter per jam selama latihan keras dan rata-rata
hampir dua belas liter pada hari-hari biasa. Apabila dalam beberapa jam
seseorang mengeluarkan keringat secara intens dapat mengakibatkan kelelahan
pada kelenjar keringat sehingga terjadi ketidakmampuan tubuh untuk mengatur
suhu inti. Sebagai contoh seorang pelari maraton rentan akan kondisi tersebut
karena pelari dapat kehilangan lima liter cairan tubuh selama kompetisi. Dan
itu berarti bahwa pelari dapat mengalami kehilangan cairan tubuh sebanyak 6-10%
dari massa tubuhnya.
Salah satu metode lama yang masih sering digunakan untuk membantu tubuh
dalam rangka beraklimatisasi adalah dengan meletakan handuk di kepala, atau
mandi beberapa saat sebelum pertandingan, sebagai upaya memfasilitasi proses
perpindahan panas secara konduksi. Satu-satunya potensi pengecualian untuk
proses evaporasi tubuh seseorang yang beraklimatisasi dapat ditopang dengan
penggantian cairan dalam jumlah yang cukup.
Tujuan penggantian cairan yang utama akan memelihara protein plasma
sehingga peredaran dan berkeringat dapat terlaksana pada tingkatan optimal.
Mengkonsumsi cairan selama latihan dapat meningkatkan aliran darah ke kulit
untuk mendinginkan dengan lebih efektif dan tidak terikat pada perubahan
didalam volume plasma.Aklimatisasi terhadap panas oleh tubuh biasanya terjadi
dalam kurun waktu 7-14 hari, karena efek fisiologi utamanya terjadi juga pada
rentang waktu tersebut. Untuk memulai latihan pada tempat baru yang lebih
panas, sebaiknya intensitas dan volume latihan dikurangi terlebih dahulu dari
porsi normal, kemudian ditingkatkan sedikit
demi sedikit. lntensitas dan durasi pemanasan juga harus dikurangi untuk
menjaga suhu inti tubuh dari peningkatan berlebih sebelum latihan penuh.
C. Latihan Olahraga Terhadap Cuaca Dingin
Suatu studi telah memperlihatkan bahwa ketika seseorang melakukan
aktivitas atau berolahraga dalam suhu lingkungan yang dingin, pada umumnya
mereka berlatih pada intensitas tertentu yang akan mempertahankan panas tubuh
yang dihasilkan oleh proses metabolisme agar tidak terlalu banyak yang keluar
dari tubuh. Oleh karenanya lebih baik jika aktivitas atau latihan tersebut
tidak dilakukan diluar ruangan atau di alam terbuka.
Suhu lingkungan yang dingin tidak secara cepat berpengaruh pada
kesehatan, karena meskipun udara yang kita hirup untuk bemafas dingin tidak
membuat jantung kita membeku. Ketika kita melakukan olahraga dengan intenssitas
sedang dan melakukan inhalasi udara
melalui hidung dari lingkungan dengan suhu rendah-saat mencapai jantung,
suhu udara yang kita hirup sudah
mengalami perubahan suhu, dan menjadi hangat.Bila kita harus melakukan latihan
atau pertandingan di luar ruangan atau di alam terbuka, berikut adalah
hal-hal yang perlu diperhatikan:
a.
Pada saat volume paru-paru tinggi, yang terjadi pada
saat olahraga dengan intensitas yang tinggi, ketika kita mengkonsumsi udara
melalui mulut dan suhu lingkungan sangat dingin, dapat menyebabkan terjadinya
iritasi pada mulut, pharing, trachea dan bahkan bronchus. Hal tersebut dapat
dicegah dengan menggunakan penutup hidung dan mulut untuk menahan air yang
terkandung dalam ekshalasi pemafasan kita. Hal tersebut dapat membuat nafas
berikutnya lebih lembab dan hangat.
b.
Meskipun kebanyakan orang mampu melakukan intensitas
latihan tertentu untuk mempertahankan pengeluaran panas, jika kelelahan terjadi
pada sesi latihan yang cukup panjang. lntensitas latihan menurun dan hal
tersebut mengurangi kemampuannya untuk memproduksi panas dan menekan pelepasan
panas. Jika pada kondisi tersebut seseorang tidak menggunakan pakaian yang
sesuai dan bisa melindungi tubuhnya,
maka dapat terjadi hypothermia (suhu tubuh yang relatif lebih rendah). Beberapa
orang lebih dapat bertoleransi terhadap
suhu dingin, seperti mereka yang memiliki lebih banyak massa otot, bertubuh
pendek, atau mereka yang memiliki lebih banyak lemak tubuh.
c.
Sebelum melakukan aktivitas di udara terbuka, pastikan
bahwa kecepatan angin masih berada pada kondisiyang nyaman. Kombinasi suhu
lingkungan dan kecepatan angin yang bersuhu kurang dari -22"F, merupakan suhu
yang berbahaya untuk melakukan latihan. Bila suhu lingkungan sangat rendah,
sebaiknya kita mengadaptasi liatihan untuk dapat dilakukan di dalam ruangan.
d.
Menggunakan pakaian yang tepat adalah hal utama yang
mengurangi besarnya persinggungan antara permukaan kulit dengan lingkungan
sekitarnya. Selama melakukan latihan, seseorang mengeluarkan keringat. sebaiknya keringat yang dikeluarkan
dievaporasikan pada udara disekitarnya. Apabila hal initidak terjadi, pakaian justru
dapat mempercepat pelepasan panas dengan konduksidan evaporasi, mengakibatkan
kedinginan. Pakaian berlapis sebaiknya digunakan pada kondisi tersebut, lapisan
yang terdekat dengan tubuh biasanya terbuat dari bahan fiber seperti
polypropylene yang dapat mentransport kelembaban dilepaskan dari permukaan
tubuh ke lapisan.baju selanjutnya untuk di evaporasi, lapisan kedua sebaiknya
bersifat insulator. Di lapisan terluar gunakan jaket yang berfungsi sebagai
pemecah angin dan penahan air. 30-40% panas tubuh dapat dilepaskan hanya
melalui kepala, oleh karena itu sebaiknya digunakan kacamata dan topi sebagai
penahan.
D. VO2 Max
Vo2 Max adalah kemampuan organ pernafasan manusia
untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya pada saat latihan olahraga atau aktivitas jasmani (Sukadiyanto dan Muluk, (2012:83).
VO2 maks
meningkat disebabkan karena peningkatan aktivitas otot rangka pada saat latihan
dan berdampak pada meningkatnya sebagian konsumsi oksigen, maka otot besar
harus dipergunakan apabila konsumsi oksigen maksimal ingin dicapai. Hal ini
juga akan berpengaruh pada peningkatan kemapuan sistem sirkulasi darah dari
bagian tidak aktif kebagian yang aktif dan kemampuan jaringan untuk menyerap
darah. Dan ini juga berakibat terjadinya perbedaan kandungan oksigen antara
darah di vena dan di arteri, sebagian besar darah yang mengandung oksigen akan
mengalir ke otot yang sedang bekerja (Fox 1998). VO2 maks meningkat
disebabkan karena peningkatan aktivitas otot rangka pada saat latihan dan
berdampak pada meningkatnya sebagian konsumsi oksigen, maka otot besar harus
dipergunakan apabila konsumsi oksigen maksimal ingin dicapai. Hal ini juga akan
berpengaruh pada peningkatan kemapuan sistem sirkulasi darah dari bagian tidak aktif
kebagian yang aktif dan kemampuan jaringan untuk menyerap darah. Dan ini juga berakibat
terjadinya perbedaan kandungan oksigen antara darah di vena dan di arteri,
sebagian besar darah yang mengandung oksigen akan mengalir ke otot yang sedang
bekerja (Fox, 1998).
Konsumsi oksigen maksimal (VO2 maks) merupakan kemampuan
tubuh untuk mengkonsumsi oksigen secara optimal dalam ukuran selang waktu
tertentu, biasanya dalam satuan menit. Ukuran VO2 maks menunjukkan
perbedaan terbesar antara oksigen yang dihisap masuk kedalam paru dan oksigen
yang dihembuskan ke luar paru (Junusul Hairy, 1989:186). Menurut Sukadiyanto dan Muluk (2011:84) VO2
maks dapat dihitung sebagai berikut:
RUMUS: VO2MAX = 133.61 – (13.89
x Waktu
|
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi VO2 Max
VO2 maks yang baik
merupakan indikasi kebugaran fisik seseorang itu baik. Unsur yang paling penting
dalam kebugaran jasmani adalah daya tahan
cardiorespirasi atau cardiovasculer.
Daya tahan kardiorespirasi inidipengaruhi
oleh berapa faktor fisiologis antara lain:
a)
Keturunan,
diketahui bahwa 93,4% VO2 maks ditentukan oleh faktor genetik.
b)
Usia, daya tahan
cardiorespirasi meningkat pada usia anak-anak dan kemudian mencapai puncaknya
pada usia 18-20 tahun. Anak-anak yang masih tumbuh dan berkembang (13 tahun)
bila berlatih akan meningkatkan VO2 maks 10-20% lebih besar dari yang tidak terlatih (Faisal
Yunus, 1997).
c)
Jenis kelamin
selama akil baliq tidak ada perbedaan antara VO2 maks antara anak laki-laki dan perempuan. Setelah usia ini VO2
maks perempuan hanya kira-kira 70%-75% laki-laki.
d)
Aktivitas fisik,
laju pemakian oksigen meningkat sejalan dengan meningkatnya intensitas kerja
tergantung sampai tingkat maksimal. Penggunaan oksigen maksimal atau kerja,
aerobik maksimal sangat bervariasi bagi masing-masing individu dan meningkat
dengan pelatihan yang sesuai (Pate, 1993).
E. Sistem Aerobik
Sistem aerobik adalah proses pemenuhan energi menggunakan bantuan
oksigen. Sukadiyanto
dan Muluk (2011: 39) menyatakansistem aerobik berarti ada bantuan oksigen, sehingga metabolisme arobik
adalah menyangkut serentetan reaksi kimiawi yang memerlukan bantuan adanya
oksigen. Setelah proses pemenuhan energi berlangsung selama kira-kira 120
detik, maka asam laktat sudah tidak dapat diresintesis menjadi sumber energy.
Untuk itu, diperlukan oksigen (O2) untuk membantu proses resistensi
asam laktat mejadi sumber energi kembali. Oksigen (O2) diperoleh
melalui sistem pernapasan, yakni dengan menghirup udara. Oksigen yang masuk
melalui sistem pernapasan digunakan untuk membantu pemecahan senyawa glikogen
dan karbohidrat (Bower dkk, 1992). Dengan adanya oksigen, maka pemecahan
glikogen secara penuh menjadi karbondioksida (CO2 dan air (H2O) yang
akan menghasilkan ATP.
Menurut Sukadiyanto
dan Muluk (2011: 40) menyatakan ciri-ciri
aerobik adalah sebagai berikut:
-
Intensitas kerja sedang
-
Lama kerja lebih dari 3 menit
-
Irama gerak (kerja) lancer dan terus –
menerus.(kontinyu)
-
Selama aktivitas menghasilkan karbondioksida
dan air
(CO2 + H2 O)
F. Sistem
Anaerobik
Sistem anaerobik adalah
proses kimiawi yang tidak menggunakan oksigen. Selaras dengan Sukadiyanto dan Muluk
(2011: 37) menyatakan “sistem anaerobik adalah serentan reaksi kimiawi yang
tidak memerlukan adanya oksigen”. Dalam sistem metabolisme energi anaerobik
dibedakan menjadi dua sistem, yaitu (1) aerobik alaktik dan (2) anaerobik
laktik. Sedangkan menurut AcArdle, dkk (1986) sistem anaerobik alaktik adalah
sistem ATP-PC dan sistem aerobik laktik adalah sistem glikolisis (asam laktat).
Dalam proses pemenuhan kebutuhan energi, sistem anaerobik alaktik tidak
menghasilkan asam laktat, sebaliknya sistem energi anaerobik laktik dalam
prosesnya menghasilkan asam laktat. Kedua sistem energi anaerobik tersebut
sama-sama tidak memerlukan bantuan oksigen selama dalam proses pemenuhan
energi.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap
lingkungan sekitamya berbeda antara satu dan lainya, hal tersebut dapat
terlihat pada tingkat aklimatisasi nya terhadap suhu. Pada saat melakukan
aktivitas atauIatihan pada suhu yang tinggi akan menyebabkan kehilangan banyak
cairan, oleh karena itu tubuh akan menjalankan beberapa mekanisme fisiologis mengeluarkan panas untuk
menstabilkan suhuinti tubuh, dengan tetap memperhatikan dan menjalankan usaha-usaha untuk
menggantikan cairan tubuh yang keluar dengan membawa serta mineral tubuh baik secara internal maupun dengan
usaha eksternal.
Adaptasi fisiologis tubuh saat melakukan latihan di suhu
lingkungan dingin, Penurunan kecepatan sirkulasi di jaringan tepi, mengurangi kecepatan aliran
darah pada ekstremitas dan permukaan kulit dan mekanisme menggigil, sebagai usaha peningkatan laju metabolik yang
disebabkan oleh pelepasan hermon thyroksin dan katekolamin.
Daftar
Rujukan
Chrisly. M., Djon. W., dkk. 2015. Manfaat latihan olahraga aerobik terhadap
Kebugaran fisik manusia. Jurnal e-Biomedik (eBm). 3 (1):
1-6.
Eric. T., Abbie. E. dkk.2014. Metabolic adaptation to weight loss:
implications for the athlete. Journal of the International Society of
Sports Nutrition. 11 (7): 1-7.
Giriwijoyo, Y.S. Santosa. 1992. Ilmu Faal Olahraga. Bandung. Fakultas Pendidikan
Olahraga Kesehatan
/ IKIP Bandung.
Indra, N, E. 2007. Adaptasi
Fisiologis Tubuh Terhadap Latihan Di Suhu Lingkungan
Panas dan Dingin. Yogyakarta. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukadiyanto dan Muluk, D. 2011. Pengantar Teori dan Metedologi Melatih Fisik.
Bandung.
Lubuk Agung.
1 comment:
Berita Olahraga terupdate seputar Olahraga Sepak Bola Tim Manchester United
Gabung bersama Fans MU Ikuti terus Update Setiap Harinya.
Post a Comment