Arif Teguh Santoso, S.Or
SISTEM ENERGI
Setiap melakukan
olahraga selalu memerlukan energi untuk melakukan aktivitas fisik. Sukadiyanto
dan Muluk (2011: 35) menyatakan setiap jenis aktivitas fisik, terutama dalam
olahraga selalu menuntut penggunaan dan pengeluaran energi untuk kerja sehingga
diperlukan ketersediaan energi secara khusus yang disimpan didalam otot.
Ambarukmi, dkk (2007: 6) menyatakan untuk bergerak tubuh manusia memerlukan
energi yang dihasilkan melalui sebuah sistem energi, meliputi: sistem aerobik dan sistem anaerobik.
Tabel 2.2.
Sistem Energi
Sistem
Energi
|
Lama (DT)
|
Sumber
Energi
|
Observ
|
Anaer. Alaktik
|
1-4
|
ATP
|
-
|
Anaer. Alaktik
|
4-20
|
ATP, PC
|
-
|
Anaer. Alaktik +
Anaer. Laktik
|
20-45
|
ATP, PC, Glukosa
|
Terbentuk asam
laktat
|
Anaer. Laktik
|
45-120
|
Glikogen
|
Asam laktat
berkurang
|
Aerobik
|
120 >
|
Glikogen, Lemak
|
Pemakaian lemak semakin meningkat
|
(Sumber: Ambarukmi, dkk, 2007: 7).
1.
Sistem Aerobik
Sistem aerobik merupakan
reaksi kimiawi yang memerlukan adanya bantuan oksigen. Sistem energi aerobik yaitu proses untuk menghasilkan
energi dengan memerlukan oksigen, bahan baku berupa glukosa dan glikogen
melalui glikolisis aerobik, selain itu untuk aktivitas yang lebih lama
diperlukan sumber energi lemak dan protein (Ambarukmi, dkk 2007: 7). Selaras dengan
pendapat tersebut ( Sukadiyanto
dan Muluk, (2011: 39) menyatakan sistem
aerobik berarti ada bantuan oksigen,
sehingga metabolisme aerobik adalah menyangkut serentetan reaksi kimiawi yang
memerlukan bantuan adanya oksigen. Setelah proses pemenuhan energi berlangsung
selama kira-kira 120 detik, maka asam laktat sudah tidak dapat diresintesis
menjadi sumber energi. Untuk itu, diperlukan oksigen (O2) untuk
membantu proses resistensi asam laktat mejadi sumber energi kembali. Oksigen (O2)
diperoleh melalui sistem pernafasan, yakni dengan menghirup udara.
Oksigen yang masuk melalui sistem pernafasan digunakan untuk membantu pemecahan
senyawa glikogen dan karbohidrat. Dengan adanya oksigen, maka pemecahan
glikogen secara penuh menjadi karbondioksida (CO2 dan air (H2O) yang
akan menghasilkan ATP.
Menurut
Sukadiyanto dan Muluk (2011: 40) Ciri-ciri
aerobik adalah sebagai berikut:
a)
Intensitas kerja sedang
b)
Lama kerja lebih dari 3 menit
c)
Irama gerak (kerja) lancer dan terus-menerus.(kontinyu)
d) Selama aktivitas
menghasilkan karbondioksida dan air (CO2 + H2O).
2.
Sistem
Anaerobik
Sistem anaerobik merupakan
reaksi kimiawi yang tidak memerlukan adanya bantuan oksigen. Sukadiyanto dan
Muluk (2011: 37) menyatakan “sistem anaerobik adalah serentan reaksi kimiawi
yang tidak memerlukan adanya oksigen”. Dalam sistem metabolisme energi
anaerobik dibedakan menjadi dua sistem, yaitu (1) aerobik alaktik dan (2) anaerobik
laktik. Hal serupa juga dikemukakan Ambarukmi,
dkk (2007: 7) menyatakan sistem energi anaerobik yakni proses untuk
menghasilkan energi tanpa adanya oksigen, sistem ini dibedakan menjadi dua
yakni: sistem anaerobik alaktik dan sistem anaerobik laktik.
Sistem anaerobik alaktik adalah
sistem ATP-PC dan sistem aerobik laktik adalah sistem glikolisis (asam laktat).
Dalam proses pemenuhan kebutuhan energi, sistem anaerobik alaktik tidak
menghasilkan asam laktat, sebaliknya sistem energi anaerobik laktik dalam
prosesnya menghasilkan asam laktat. Kedua sistem energi anaerobik tersebut
sama-sama tidak memerlukan bantuan oksigen selama dalam proses pemenuhan energi
(Sukadiyanto dan Muluk, 2011: 37). Ambarukmi,
dkk (2007: 7) menyatakan sistem anaerobik alaktik merupakan sumber energi yang
diperoleh dari pemecahan ATP dan PC yang tersedia dalam tubuh tanpa menimbulkan
terbentuknya asam laktat. Proses pembentukan energi sangat cepat, namun hanya
mampu menyediakan energi sangat sedikit untuk aktivitas sangat singkat.
Sedangkan sistem anaerobik laktik yaitu sumber energi diperoleh melalui
pemecahan glukosa darah dan glikogen otot lewat glikolisis anaerobik. Sistem
ini selain menghasilkan energi juga menimbulkan terbentuknya asam laktat.
Proses pembentukan energi berjalan cepat, digunakan untuk aktivitas singkat.
No comments:
Post a Comment