Saturday, April 10, 2021
Wednesday, April 7, 2021
PRINSIP LATIHAN DALAM OLAHRAGA
Pengertian
Latihan
Latihan
merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga prestasi adalah untuk
mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi, atau dalam
arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan
fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya.
Tujuan
latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan
prestasinya semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu, ada empat aspek latihan
yang harus dilatih, yaitu fisik, teknik, taktik, dan mental. (Harsono: 1988)
Prinsip-Prinsip
Latihan Dalam Olahraga
Banyak sistem yang mempengaruhi
perencanaan latihan. Bagaimanapun seorang pelatih dalam menggunakan program
latihan untuk atletnya maka harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Prinsip
latihan diagi menjadi tiga yaitu berdasar pada kajian Ilmu Faal (Fisiologik),
Ilmu Jiwa (Psikologik), dan Ilmu Kependidikan (Pedagogik).
Hukum fisiologik
Semua sistem latihan dipengaruhi oleh
tiga hukum fisiologik, yaitu : hukum Overload, hukum Kekhususan (Specificity), dan hukum Reversibilitas
(Reversibility). Prinsipprinsip lainnya
disebutkan oleh para pelatih sebagai aspek-aspek yang terkandung dalam tiga
prinsip tersebut.
·
Hukum
Overload (Law of Overload)
Hukum ini adalah yang banyak memperbaiki
dalam kebugaran seorang atlet, sehingga membutuhkan suatu peningkatan beban
latihan yang akan menantang keadaan kebugaran atlet.
Bahwa beban latihan berfungsi sebagai
suatu stimulus dan mendatangkan suatu respon dari tubuh atlet. Apabila beban
latihan lebih berat daripada beban normal pada tubuh maka tubuh akan mengalami
kelelahan sehingga tingkat kebugaran akan menjadi lebih rendah dari tingkat
kebugaran normal. Hal ini akan
membutuhkan masa pemulihan yang lebih lama.
Artinya, pembebanan akan menyebabkan kelelahan, dan ketika pembebanan
berakhir, maka pemulihan berlangsung.
Jika pembebanan optimal (tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu
berat) maka setelah pemilihan penuh tingkat kebugaran akan meningkat lebih
tinggi daripada tingkat sebelumnya.
Efek latihan (overcompensation) pada
tubuh adalah semua yang terjadi dalam latihan. Bagaimanapuun, jika pembebanan
latihan terlalu ringan, efek latihan setelah pemulihan akan menjadi kurang dari
yang diharapkan. Jika pembebanan latihan terlalu besar / berat maka kondisi
akan kembali seperti semula.
Dari pembebanan yang terjadi maka jika
latihan terlalu ringan tingkat kelelahannya rendah / sedikit, waktu
pemulihannya singkat, dan efek latihannya (stimulus baru) sedikit dan terlalu
awal. Apabila latihan terlalu berat maka tingkat kelelahan tinggi / banyak
membutuhkan pemulihan yang lama, sehingga efek latihannya rendah dan stimulus
baru menjadi terlambat.
1. Prinsip
Individualisasi
Reaksi masing-masing atlet terhadap
suatu rangsangan latihan terjadi dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut
karena usia dan jenis kelamin. Perencanaan latihan dibuat berdasarkan perbedaan
individu atas kemampuan (abilities), kebutuhan (needs), dan potensi
(potential). Tidak ada program latihan yang dapat disalin secara utuh dari satu
individu untuk individu yang lain. Program latihan yang efektif hanya cocok
untuk individu yang telah direncanakan.
Pelatih harus mempertimbangkan faktor
usia kronologis dan usia biologis (kematangan fisik) atlet, pengalaman dalam
olahraga, tingkat keterampilan (sklill), kapasitas usaha dan prestasi, status
kesehatan, kapasitas beban latihan (training load) dan pemulihan, tipe
antropometrik dan system syaraf, dan perbedaan seksual (terutama saat
pubertas).
2. Prinsip
Pengembangan Multilateral
Pengembangan menyeluruh ini berkaitan
dengan keterampilan gerak secara umum (general motor ability) dan pengembangan
kebugaran sebagai tujuan utama yang terjadi pada bagian awal dari perencanaan
latihan tahunan.
Prinsip ini harus menjadi focus utama
dalam melatih anak-anak dan atlet junior. Hal ini adalah merupakan langkah
pertama dari rangkaian pendekatan untuk latihan olahraga (prestasi).
·
Hukum
Kekhususan (Law of Specificity)
Hukum kekhususan adalah bahwa beban
latihan yang alami menentukan efek latihan. Latihan harus secara khusus untuk
efek yang diinginkan. Metode latihan yang diterapkan harus sesuai dengan
kebutuhan latihan. Beban latihan menjadi spesifik ketika itu memiliki rasio
latihan (beban terhadap latihan) dan struktur pembebanan (intensitas terhadap
beban latihan) yang tepat.
Intensitas latihan adalah kualitas atau
kesulitan beban latihan. Mengukur intensitas tergantung pada atribut khusus
yang dikembangkan atau diteskan. Kecepatan berlari diukur dalam meter per detik
(m/dtk) atau langkah per detik (m/sec). kekuatan diukur dalam pound, kilogram,
atau ton. Lompat dan lempar diukur oleh tinggi, jarak, atau jumlah usaha.
Intensitas usaha berdasarkan pada persentase usaha terbaik seseorang, seperti
tergambar pada table berikut (menurut Freeman) :
1. Prinsip
Spesialisasi
Prinsip ini melatih kapasitas dan teknik
yang dibutuhkan untuk aktivitas khusus atau nomor khusus. Contoh, dalam atletik
seorang pelempar membutuhkan latihan kekuatan khusus dan juga teknik khusus
pada masing-masing nomor lempar. Seorang perenang membutuhkan kecepatan dan
daya tahan kecepatan serta daya tahan kekuatan sesuai dengan nomornya, begitu
pula teknik yang dibutuhkannya. Semuanya itu harus dilakukan secara khusus
setelah melewati fase latihan yang menyeluruh (multilateral).
2. Prinsip
Model Proses Latihan
Model ini dimanfaatkan untuk
mengembangkan pola-pola latihan yang erat dengan kaitannya dengan kebutuhan
kompetisi. Pola yang paling sulit membutuhkan waktu yang cukup lama (tahunan)
agar menjadi sempurna. Hal ini tentunya harus diawali dengan kemampuan pelatih
dalam menganalisa setiap kompetisi. Contoh dalam olahraga permainan, bagaimana
pola-pola permainan itu harus berjalan sesuai dengan kebutuhan setiap kompetisi
(saat menghadapi lawan berat atau lawan yang lebih ringan), bagaimana pola
pertahanan dan penyerangan yang baik dan harmonis.
·
Hukum
Reversibilitas (Law of Reversibility)
Hukum ini adalah bahwa tingkat kebugaran
akan menurun jika pembebanan latihan tidak dilanjutkan (continued). Ada istilah
bahwa “if you don’t use it, you lose it“.
1. Prinsip
Meningkatkan Tuntutan
Dalam pembebanan latihan, tuntutan ini
adalah bahwa beban latihan harus berkelanjutan jika kebugaran umum dan khusus
atlet terus ditingkatkan, beban latihan harus ditingkatkan secara regular
(progressive overload).
Rasio latihan adalah kritis. Seorang
pelatih harus menentukan berapa lama pemulihan dibutuhkan dalam suatu sesi dan
antar sesi.
2. Prinsip
Melanjutkan Tuntutan Beban
Prinsip ini mengungkapkan bahwa atlet
jangan terlalu lama berhenti berlatih. ketika pemuncakan sedang berlangsung dan
beban latihan dikurangi maka hasilnya akan menurunkan kondisi. Oleh karena itu,
hati-hati pada fase ‘tapering’ dan ‘tapering off’. Kapan dan bagaimana fase itu
harus berlangsung.
3. Prinsip
Kemungkinan dapat terjadi dengan mudah (Feasibility)
Prinsip ini menyatakan bahwa beban
latihan yang telah direncanakan haruslah realistic. Tujuan latihan tidak boleh
mengakibatkan rusaknya atau hancurnya prestasi atlet yang disebabkan oleh
tujuan yang tidak realistic. Hal ini bukan saja merusak secara fisik, akan
tetapi juga akan berakibat pada kondisi psikologik. Tujuan latihan haruslah
sesuai dengan kemampuan seseorang (atlet) yang tentunya berdasar pada hasil tes
parameter yang direncanakan dan dilaksanakan secara periodik sesuai kebutuhan
setiap tahapan sehingga prestasi menjadi berkembang, tidak mengecilkan hati
atau gagal.
4. Istirahat
(Restoration)
Restorasi adalah pemulihan dari suatu
beban latihan yang tinggi. Masa istirahat (interval) sama pentingnya dengan
latihan. Latihan yang berat atau latihan dengan intensitas yang tinggi maka
harus diikuti dengan proses pemulihan yang cukup lama, jika latihan dilakukan
dengan intensitas yang rendah maka pemulihan berlangsung cukup singkat.
Setiap atlet akan memiliki kemampuan
pemulihan yang berbeda. Pemulihan sangat tergantung pada kemampuan fitness
seseorang. Semakin tinggi kemampuan fitness (terutama) kemampuan daya tahan
jantung dan otot, maka ia akan memiliki kemampuan pemulihan yang relatif lebih
singkat/pendek (cepat pulih).
5. Istirahat
Aktif (Active Rest)
Istirahat aktif adalah bentuk istirahat
(juga digunakan dalam fase transisi) yang berupa aktifitas fisik secara ringan,
seperti jogging atau aktifvitas olahraga yang lain selain spesialisasi
kecabangannya. Hal ini akan membantu pemulihan dan menjaga / memelihara
kebugaran fisik atlet.
Hukum psikologik
1.
Prinsip Aktif,
Partisipasi Sungguh-sungguh (Active, Conscientious Participation)
Prinsip ini mengandung makna bahwa untuk
menghasilkan prestasi yang maksimal atlet harus terlibat secara aktif dalam
proses latihan yang telah dipilihnya.
Prinsip
ini sering luput dari perhatian atlet dan juga pelatih. Atlet berpartisipasi
secara pasif, hanya mengikuti saja apa yang diperintahkan atau menunggu
pemberian motivasi dari pelatih tanpa didasari atas kesungguhan untuk melakukan
latihan bahwa latihan adalah tre kebutuhan.
Latihan adalah tre bentuk kerja sama
antara atlet dan pelatih yang mengandung tres. Atlet harus memahami tujuan
latihan dan rencana yang telah tres oleh pelatih. Idealnya, atlet harus
membantu dalam merencanakan program latihan (menentukan tujuan latihan dan
target prestasi). Tidak ada pelatih yang selalu mengetahui bagaimana reaksi
tubuh dan pikiran atlet terhadap rangsangan latihan yang diterimanya. Atlet
harus memberikan kualitas umpan balik dan bekerja sama dengan pelatih untuk
mencapai efek latihan yang optimal.
2.
Prinsip Kesadaran
(Awareness)
Prinsip ini menunjuk pada kebutuhan
bahwa pelatih menjelaskan pada atlet apa yang terlibat dalam program latihan,
apa yang menjadi tujuan latihan, dan bagaimana mencapainya. Dalam hal t juga
atlet harus menyadari akan posisinya sebagai orang yang juga harus
berpartisipasi aktif dalam perencanaan dan evaluasi latihan.
3.
Prinsip Variasi
(Variety)
Kompleksnya latihan dan tingginya
tingkat pembebanan dalam latihan untuk sukses membutuhkan variasi bentuk
latihan dan metode latihan agar tidak terjadi kejenuhan / kebosanan (boredom)
atau basi (staleness). Faktor kebosanan ini akan menjadi kritis apabila kurang
bervariasi seperti pada gerakan (hanya) lari saja yang secara teknik tidak
begitu kompleks (terbatas) dan membutuhkan faktor fisiologik.
4.
Prinsip Istirahat
Psikologik (Psychological Rest)
Saat kelelahan terjadi seorang atlet
akan mengalami ketegangan mental atau ketegangan psikologis (psychological
strain), bukan hanya kelelahan fisik saja. Oleh karena itu, selain harus
meningkatkan kemampuan fisik menjadi istimewa, harus pula mampu mengalihkan
situasi yang akan mengakibatkan munculnya tekanan-tekanan (tres) seperti pada
kompetisi atau latihan. Bagian ini penting untuk membantu proses istirahat
psikologis.
Hukum pedagogik
Prinsip-prinsip yang ada dalam hukum ini
akan membantu atlet dan pelatih untuk lebih memaknai proses pembelajaran /
pelatihan melalui pendidikan.
Prinsip
Perencanaan dan Pemanfaatan system (Planning and Use of System)
Prinsip
ini membutuhkan apa yang disebut dengan disain program latihan yang sistematis
dan efesien, dari program jangka panjang sampai dengan unit latihan yang
dibutuhkan oleh setiap atlet secara individu. Prinsip ini membutuhkan
ketelitian, kehati-hatian, dan mempertemukan semua kebutuhan latihan secara
efektif. Melalui prinsip ini, atlet dan pelatih mengalami proses pembelajaran
yang selalu sistematis dan terencana.
1.
Prinsip Periodisasi
(Periodization)
Prinsip periodisasi adalah mengembangkan
program latihan melalui seri-seri dari setiap siklus atau tahapan berdasarkan
pada standar prestasi setiap cabang olahraga. Prinsip ini terkait dengan
perencanaan program latihan yang akan disusun.
Tahapan latihan yang lazim dimanfaatkan
adalah Tahap Persiapan (Persiapan Umum dan Persiapan Khusus), Tahap Kompetisi
(Pra Kompetisi dan Kompetisi Utama), dan Tahap Transisi. Prinsip ini mengajak
pelatih untuk senantiasa menjalani proses melalui tahapan yang jelas dan
teratur.
2.
Prinsip Presentasi
Visual (Visual Presentation)
Prinsip ini mencoba untuk memberikan
informasi latihan yang sejelas mungkin kepada atlet, sewaktu-waktu,
audio-visual dapat dimanfaatkan untuk membantu atlet dalam memahami materi
latihan yang telah, sedang, dan atau akan diberikan dalam proses latihannya.
Proses pembelajaran/pendidikan seperti
ini penting bagi atlet untuk bias lebih memahami apa yang seharusnya dilakukan
dan yang cukup penting adalah bagaimana seorang atlet mampu mengoreksi sendiri
(self correction) apa yang menjadi hal penting dalam meningkatkan prestasinya.
dipostkan oleh Arif Teguh Santoso
Olahraga untuk Performa Atlet https://santosoatsportscience.blogspot.com/2017/07/olahraga-untuk-performa-atlet.html
Prinsip Latihan Dalam Olahraga https://santosoatsportscience.blogspot.com/2021/04/makalah-prinsip-latihan-dalam-olahraga.html
Prinsip Bela Diri Pencak Silat
Oleh : Arif Teguh Santoso Be l a diri seni pencak silat merupakan sarana pendidikan rohani dan jasmani un t uk membentuk sosok hidup /...
-
MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH KesehatanOlahraga yang dibina oleh Bapak Dr. Sugiharto , M. S Oleh Arif Teguh Sant...
-
Arif Teguh Santoso, S.Or SISTEM ENERGI Setiap melakukan olahraga selalu memerlukan energi untuk melakukan aktivitas fisik. Sukadiyanto ...
-
Pengertian Latihan Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan u...